Keluarga bukanlah tentang darah atau gender, tetapi tentang cinta dan penerimaan. Dalam film Fathers kita bisa belajar untuk menerima diri sendiri, dan menyadari bahwa keluarga gay, sama sahnya dengan keluarga lainnya.
Fathers (2016) adalah sebuah film drama Thailand, yang ditulis dan disutradarai oleh Palatpol Mingpornpichit. Film ini mengisahkan pasangan pria gay, Phoon dan Yuke, yang membesarkan putra angkat mereka, Butr. Saat Butr mulai bertanya tentang ibunya, pasangan tersebut terpaksa menghadapi perasaan tidak nyaman mengenai keluarganya.
Film ini adalah eksplorasi yang lembut, dan bersahaja, mengenai tantangan seorang anak yang diasuh oleh pasangan gay. Ini bukan film mencolok atau inovatif, tapi ini merupakan film yang mampu menyentuh hati, serta jujur. Film ini hadir bukan tanpa kekurangan. Jalan cerita film ini terasa agak lambat, dan endingnya agak terlalu bersih serta rapi. Namun, kekurangan ini cukup kecil, dibandingkan dengan kekuatan film itu sendiri. Fathers adalah film yang bijaksana, dan penuh kasih, menawarkan perspektif unik, mengenai sebuah keluarga serta krisis identitas.
Film ini akan menantang prasangka, mengenai bagaimana cara pasangan gay mampu untuk mengasuh anak mereka, Fathers layak untuk ditonton. Ini adalah film yang menghangatkan hati, dan menggugah pikiran, serta pasti akan membuat para penonton, memiliki banyak hal untuk dipikirkan kembali.
Berikut adalah, alasan penulis menyukai film ini:
- Penampilan para pemain semuanya luar biasa. Asda Panichkul dan Nat Sakdatorn, sangat bagus berperan sebagai kedua ayah, dan Aritach Pipattangkul sendiri cukup menawan sebagai putra mereka.
- Penggambaran film terhadap kehidupan keluarga ini sangat mengharukan, dan realistis. Menunjukkan bagaimana perkembangan dalam membesarkan anak, kegembiraan serta tantangan menjadi orang tua gay, yang mungkin dianggap tidak semampu pasangan normal.
- Pesan film tentang keluarga bersifat positif, dan inklusif. Itu menunjukkan bahwa keluarga bukan tentang darah, atau jenis kelamin, tetapi tentang cinta serta penerimaan.
Berikut ini, beberapa hal yang penulis tidak suka dari film ini:
- Kecepatan film terkadang agak lambat.
- Akhir ceritanya agak terlalu bersih dan rapi, seperti dipaksa berhenti karena kehabisan durasi tayang.
Secara keseluruhan, penulis cukup menikmati. Ini adalah film yang bijaksana dan penuh kasih, menawarkan perspektif unik, mengenai keluarga serta identitas. Penulis merekomendasikan kepada siapa saja yang tertarik, bagaimana melihat film mengenai pasangan gay mengasuh anak.
Jalan Cerita Fathers (2016)
Phoon dan Yuke adalah dua pria gay, yang telah hidup bersama selama 13 tahun. Mereka mengadopsi seorang putra, Butr, anak yang telah ditinggalkan di panti asuhan. Awalnya keluarga ini sangat bahagia, tetapi para ayah tersebut, belum mampu untuk menjelaskan situasi keluarganya kepada putra tersebut, mengenai bagaimana ia memiliki dua ayah tanpa memiliki ibu, sebuah keputusan yang menimbulkan banyak masalah, ketika Butr dirasa cukup umur, untuk mulai bersekolah.
Masalah terjadi ketika Butr mulai mengajukan pertanyaan mengenai keberadaan ibunya, dan para ayah terpaksa menghadapi rasa tidak nyaman mereka sendiri, mengenai posisi keluarga mereka. Mereka khawatir Butr tidak akan diterima oleh orang lain, karena dia memiliki dua ayah, dan mereka juga khawatir bagaimana hubungan diantara mereka akan berubah, setelah Butr mengetahui kebenarannya.
Film ini menggali lebih dalam emosi, dan reaksi dari para ayah tersebut, saat mereka mencoba mengatasi tantangan ini. Mereka bertemu dengan seorang pekerja sosial, yang mempertanyakan gagasan Butr tumbuh dalam keluarga, tanpa kehadiran feminin, bahkan mereka berusaha untuk melacak keberadaan ibu kandung Butr, yang ingin mencoba kembali ke bagian dari hidupnya sekarang.
Akhirnya, para ayah memutuskan untuk membiarkan Butr tinggal bersama ibu, dan pacarnya untuk sementara waktu. Keputusan ini membuat hubungan mereka menjadi tegang, tetapi ini juga memungkinkan untuk mereka tumbuh sebagai individu, serta sebagai keluarga.
Film ini diakhiri dengan para ayah, menerima Butr apa adanya, terlepas dari orang tua kandungnya. Mereka menyadari bahwa keluarga bukan tentang darah atau jenis kelamin, tetapi mengenai cinta serta penerimaan.
Pesan Moral Film Fathers (2016)
Film ini pada akhirnya menggali pesan bahwa, keluarga bukanlah tentang darah atau gender, tetapi mengenai cinta dan penerimaan. Para ayah dalam film tersebut belajar untuk menerima Butr apa adanya, terlepas dari orang tua kandungnya. Mereka juga belajar untuk menerima diri mereka sendiri, serta mereka menyadari bahwa keluarga mereka, sama sahnya dengan keluarga lainnya.
Berikut adalah beberapa tema dan pesan khusus yang dieksplorasi dalam Fathers (2016):
- Keluarga: Film ini mengeksplorasi tema keluarga, dengan cara bijaksana dan bernuansa. Ini menunjukkan bahwa keluarga bukan tentang darah atau jenis kelamin, tetapi mengenai cinta serta penerimaan. Pesan ini sangat kuat dan tepat waktu, terutama di dunia di mana masih banyak diskriminasi terhadap kelompok LGBTQ+.
- Penerimaan: Film ini juga mengangkat tema penerimaan. Para ayah dalam film tersebut, belajar untuk menerima Butr apa adanya, terlepas dari orang tua kandungnya. Mereka juga belajar untuk menerima diri mereka sendiri, dan mereka menyadari bahwa keluarga mereka sama sahnya, dengan keluarga lainnya. Pesan ini penting bagi siapa saja, yang pernah merasa seperti tidak memilikinya.
- Identitas: Film ini juga mengangkat tema identitas. Butr adalah seorang anak laki-laki yang mencoba mencari tahu siapa dirinya, dan di mana tempatnya. Film tersebut memperlihatkan bagaimana identitas Butr, dibentuk oleh keluarganya, teman-temannya, dan pengalamannya. Pesan ini penting bagi siapa saja yang mencoba menemukan tempat mereka di dunia.
Secara keseluruhan, Fathers (2016) adalah film yang mengeksplorasi beberapa tema penting dengan cara bijaksana dan bernuansa. Film ini menghangatkan hati dan menggugah pikiran, dan pasti akan membuat pembaca memiliki banyak hal untuk dipikirkan.
Film-Film Yang Memiliki Tema Sama
Oke, berikut ini adalah beberapa film yang mirip dengan Fathers (2016):
The Kids Are All Right (2010) adalah sebuah film komedi-drama Amerika tentang pasangan lesbian, yang membesarkan dua anak remaja mereka. Film ini mengeksplorasi tema keluarga, penerimaan, dan identitas, dengan cara yang mirip dengan Fathers (2016).
Moonlight (2016) adalah film drama dewasa Amerika, tentang seorang pemuda kulit hitam, berjuang dengan identitasnya. Film ini mengeksplorasi tema keluarga, penerimaan, dan identitas dengan cara indah serta memilukan.
Call Me by Your Name (2017) adalah sebuah film drama romantis Italia-Amerika, tentang seorang anak laki-laki yang jatuh cinta, dengan seorang pria lebih tua. Film ini mengeksplorasi tema cinta, penerimaan, dan identitas, dengan cara sensitif serta bernuansa.
Boyhood (2014) adalah film drama dewasa Amerika, mengisahkan seorang anak laki-laki dari usia 6 hingga 18 tahun. Film ini diambil dengan gaya dokumenter, dan menangkap pertumbuhan karakter dengan cara realistis.
Little Miss Sunshine (2006) adalah sebuah film komedi-drama Amerika, mengenai keluarga disfungsional, yang melakukan perjalanan ke seluruh negeri, untuk bersaing dalam kontes kecantikan. Film ini lucu, mengharukan, dan menggugah pikiran, dan mengeksplorasi tema keluarga, penerimaan, serta identitas dengan cara yang unik.
Ini hanyalah beberapa contoh film yang mirip dengan Fathers (2016). Bila pembaca bisa menikmati Fathers, pasti akan menyadari bahwa film-film ini, juga cukup menyenangkan untuk ditonton.
Kesimpulan Fathers (2016)
Sebagai penutup, Fathers (2016) adalah film mengharukan dan menggugah pikiran, mengeksplorasi tema keluarga, penerimaan, dan identitas, dengan cara bijaksana dan bernuansa. Film ini dibuat dengan baik, dengan akting, penyutradaraan, dan sinematografi yang luar biasa. Penulis akan merekomendasikan Fathers (2016) kepada siapa saja, yang ingin mencari film bagus untuk di tonton, tentunya mampu membuat penonton untuk berpikir ulang.
Berikut beberapa hal yang bisa penulis petik dari dari film ini:
- Keluarga bukan tentang darah atau jenis kelamin, tetapi tentang cinta dan penerimaan.
- Penting untuk menemukan identitas diri sendiri, terlepas dari apa yang dipikirkan orang lain.
Penulis harap pembaca juga bisa menikmati filmnya dan memberikan komentar dibawah ini.